Lebak- Pemerintah Kabupaten Lebak mencatat dalam lima tahun terakhir produksi panen padi sawah meningkat 7,5 persen, menyusul Kementerian Pertanian telah menunjuk Kabupaten Lebak sebagai satu dari 10 daerah untuk memenuhi kebutuhan beras daerah Jabodetabek.
“Kabupaten Lebak juga merupaka pemasok beras terbesar besama Kabupaten Pandegelang untuk kebutuhan masyarakat Banten,”kata Iti saat panen raya padi sawah dan percepatanan tanam padi musim tanam 2019 di Desa Cipedang Kecamatan Wanasalam, Lebak, Selasa, 2 April 2019.
Iti membeberkan dalam 5 tahun terakhir luas panen di Kabupaten Lebak juga meningkat 6,65% dari 94.747 Hektar luas panen atau 553.220 ton pada tahun 2014 meningkat menjadi 122.339 Ha atau 735.540 ton pada tahun 2018.
“Upaya pengembangan komoditas unggulan daerah tentunya akan menjadi perhatian serius kita bersama, selain pariwisata, ketahanan pangan juga akan diperkuat,”katanya.
Iti mengungkapkan permasalahan yang dihadapi petani pada saat panen raya adalah masalah harga, biasanya harga gabah atau beras pada saat panen jatuh dibawah harga pembelian pemerintah (HPP), biasanya petani akan menjual kepada para tengkulak karena lemahnya posisi tawar petani.
Karenanya, sebagai upaya pengendalain pasokan dan harga bersa, pemerintah telah meluncurkan Program Sergap (Serapan Gabah Petani) yaitu satu program khusus untuk memastikan petani tidak dirugikan dan konsumen bisa mendapatkan beras dengan harga wajar.
“Untuk menghindari praktek ijonisasi, kita akan bentuk BUMD, nantinya akan membeli padi dari petani,”ucapnya.
Untuk diketahui Harga gabah ditingkat petani diatur HPP, yaitu dilever Rp. 4.200/Kp Gabah Kering Pungut (GKP), atau Rp. 7.300 – 8.030/Kg beras, pelaksana program ini adalah Bulog, KTNI, TNI, BRI dan para penyuluh pertanian.